Selasa, 28 April 2020

Amerika Serikat Sebagai Kekuatan Dunia

Latar Belakang
Setelah masa rekonstruksi dan rekonsiliasi pasca Perang Saudara dapat dilalui Amerika Serikat (AS) tumbuh sebagai suatu bangsa yang dewasa. Kemajuan di berbagai bidang terjadi dengan cepat. Memasuki akhir abad XIX, di AS  tumbuh daerah-daerah perkotaan. Dengan daya tarik kota yang memikat para urban mendatangi kota-kota dengan bekal pas-pasan (pengetahuan maupun pengalaman). Kota-kota seperti New York, Philadelphia, Chicago, Kansas City, Dedroit dan Omaha menjadi tujuan para pendatang dari desa. Perkembangan kota-kota dapat mempercepat perkembangan dan kemajuan, tetapi juga dapat memberi pengaruh yang kurang menguntungkan.
Sejalan dengan perkembangan diberbagai bidang di Amerika pada paruh kedua abad XIX, hubungan Amerika dengan luar negeri semakin besar. Cuba sebagai salah satu negara tetangga di kawasan Karibia, mendorong para investor Amerika untuk menanamkan modalnya terutama di perkebunan tebu (gula) dan kopi. Konflik antara Cuba dengan  Amerika dipicu oleh kebijakan Amerika yang mengenakan bea masuk untuk gula. Hubungan dagang antara kedua belah pihak cukup baik dan saling menguntungkan. Salah satu hal yang menjadi kendala adalah pada waktu itu Cuba masih di bawah kekuasaan Spanyol dan masih berusaha untuk memperjuangkan kemerdekaannya.
Setelah masa rekonstruksi dan rekonsiliasi pasca Perang Saudara dapat dilalui Amerika Seri Amerika  Serikat Sebagai Kekuatan Dunia

A.Perkembangan dan Kebijakan Politik Luar Negeri Awal Abad XX
Perkembangan industri pada dekade pasca perang saudara juga tumbuh pesat. Andrew Carnegie berjasa dalam perkembangan industri besi baja. Jaringan transportasi jalan kereta api dibangun secara besar-besaran, sehingga dapat menghubungkan daerah timur-barat. 
Bidang pertanian dan peternakan juga meluas. Sektor pertanian pada akhir abad XIX masuk menjadi kegiatan pokok. Semenatara itu perkembangan peternakan terutama sapi tumbuh sangat subur di daerah barat. Kota-kota ternak menjadi sangat maju berkat padang rumput yang sangat luas.
Di bidang politik, jika dilakukan pelacakan kebijakan politik Amerika sejak masa awal kemerdekaan mengalami pasang surut. Baik dalam kehidupan politik dalam negeri maupun luar negeri. Pada akhir masa jabatan ke-2, George Washington atas bantuan Alexander Hamilton, ia mneyampaikan pesan terakhir masa jabatannya dengan menyatakan agar menghindari segala bentuk perpecahan di dalam negeri dan memperingatkan terhadap bahaya persekutuan yang bersifat permanen dengan kekuatan Eropa. Dalam kebijakan luar negeri Washington terkenal dengan prinsip netralitasnya. Kebijakan politik negeri yang linier dengan prinsip Washington secara meyakinkan diformulasi oleh James Monroe (Monroe Doctrine). Doktrin ini sebenarnya diprogram untuk menghadapi masalah konkret pada waktu tertentu. Dalam perjalanan bangsa Amerika menjadi ajaran yang simbolik sebagai alat ukur politik luar negeri di masa depan.
Akhir abad XIX terjadi perubahan sikap dalam menempatkan politik luar negeri AS. Di satu pihak sebagian rakyat Amerika agar tetap mempertahankan politik netralitasnya, namun di pihak lain tidak realistik jika politik Amerika tidak dilakukan perubahan. Bagi kelompok ke dua meyakini bahwa perkembangan yang terjadi di Amerika dalam berbagai bidang hubungan luar negeri yang intensif menjadi suatu kebutuhan bagi keberlangsungan bangsa Amerika. Semangat isolasionisme dan internasionlaisme sering muncul secara bersamaan menjadi saling bertentangan. Isolasionisme didasarkan kepada pemimpin tentang “Benteng Amerika” yang dilindungi oleh samudera yang luas (Atlantik dan Pasifik).

B.Perang AS  dan Spanyol
Kepentingan Amerika yang dibungkus dengan simpati terhadap perjuangan kemerdekaan Cuba mendapat dukungan senbagian besar rakyat Amerika. Melihat penderitaan rakyat Cuba di bawah pemerintahan Spanyol mendorong surat kabar berperan besar dalam menumbuhkan sentimen emosional terhadap penderitaan bangsa lain. Sebagai bangsa yang beradab, sudah selayaknya membantu melepaskan rakyat tetangganya itu untuk menentukan nasib sendiri dan dapat menikmati hidup secara layak. Cerita tentang kekejaman, ketidakadilan Spanyol terhadap penduduk setempat semakin mendapat tempat dalam lembaran-lembaran berita persuratkabaran Amerika. Dengan intensifnya pemberitaan itu membuat Public Opinion terbentuk. Tampilnya tokoh-tokoh seperti Rudyar Kipling, Kapten Kapal Alfred Thayer Mahan, tokoh terpelajar dan sebagai Wakil Menteri Angkatan Laut Theodore Roosevelt, dengan apa yang disebut sebagai perjuangan harga diri dapat menempatkan nilai perseorangan dan nilai bangsanya. John Hay, seorang politikus handal yang berpengaruh membuat kepentingan untuk mendorong AS  sudah waktunya untuk terlibat dalam urusan luar negeri yang lebih besar. Hal ini yang nantinya akan menyeret Amerika dalam berbagai konflik yang berbau imperialisme.
Presiden William Mc. Kinley yang dinilai lamban dituduh sebagai presiden yang kurang tanggap terhadap perkembangan dan masa depan Amerika. Tuduhan tersebut membuatnya marah. Keterlibatan perang AS  melawan Spanyol diawali dengan munculnya casus bellum, tenggelamnya kapal perang Maine milik Amerika diperairan dekat Cuba tanggal 15 Februari 1898. Secara emosional persuratkabaran Amerika segera memberikan tanggapan yang luar biasa dan mengecam bahwa tenggelamnya kapal itu adalah perbuatan Spanyol, dengan Yellow press melalui slogan Remember the Maine berhasil membentuk public opinion, sekalipun waktu itu belum diketahui benar penyebab tenggelamnya kapal itu.
Menanggapi keadaan itu Presiden William Mc. Kinley segera mengeluarkan ultimatum kepada Spanyol. Kolonel Theodore Roosevelt bertugas dalam perang ini, tentara angkatan laut dan darat Amerika segera diterjunkan ke Teluk Santiago. Dengan serangan kilat tentara Amerika berhasil menghancurkan armada Spanyol di Teluk tersebut. Sementara itu Komodor George Dewey yang saat itu di Hongkong dengan eskadornya dan 6 kapal perangnya untuk memblokade angkatan laut Spanyol. Pertempuran hanya berlangsung sekitar 4 bulan yang tidak imbang segera Spanyol mengadakan Perjanjian Paris 10 April 1898, isinya penghentian kekuatan militer dan gencatan senjata dengan pejuang kemerdekaan Cuba, dan Spanyol bersedia mengakui kemerdekaan atas pulau itu. Selain itu Amerika mendapatkan Filipina dengan ganti rugi $ 20 juta. Sejak itu Filipina di bawah kekuasaan Amerika yang secara militer lebih kuat.
Pemerintahan AS di Filipina dilakukan secara demokratis, diperkenalkan program-program jangka panjang yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat umum. Model pemerintahan yang diterapkan di AS di Filipina mirip dengan waktu Britania Raya melakukan pemerintahan terhadap koloni-koloninya di Amerika.
Di bawah pemerintahan presiden Mc. Kenley, Filipina diperintah secara liberal-demokratik dengan menyarankan pembentukan:

1.Bahwa pemerintahan Filipina dibentuk bukan untuk kepentingan AS, tetapi untuk kepentingan kesejahteraan dan ketentraman bangsa Filipina.
2.Disusun undang-undang dan peraturan untuk kepentingan dan kebebasan bangsa Filipina.
3.HAM hendaknya menjadi menjadi hak bangsa Filipina.
4.Dilakukan land reform secara adil.
5.Perlu pemisahan antara urusan agama dengan urusan pemerintahan.
Sekalipun Filipina diperintah relatif lebih baik dari sistim imperialisme Spanyol, namun semangat nasionalisme tidak padam. Pada masa pemerintahan AS di Filipina muncul beberapa partai politik sejak awal abad XX. Partai-partai tersebut pada program awalnya secara umum adalah berjuang untuk memperoleh otonomi dan kemudian kemerdekaan, tetapi tetap di bawah perlindungan AS.

C.Kebijakan Politik Luar Negeri AS  di Timur Jauh
1.Kebijakan politik di China
Kebijakan politik luar negeri AS di China telah berlangsung sejak pertengahan abad XIX. Perhatian Amerika terhadap China terutama dirangsang oleh produk sutra, teh dan keramik. Awal abad XX perdagangan dan diplomasi AS di bawah Inggris di Timur Jauh. Hubungan politik Amerika-China diawali dengan ditandatanganinya perjanjian Whanghia tahun 1844. Dalam perjanjian ini Amerika mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kebebasan di pelabuhan dagang untuk bermukim dan berdagang, hak akses untuk kapal-kapal perang Amerika serta perlindungan untuk kapal yang rusak dan pelaut dari kapal yang mengalami kecelakaan. Perjanjian Whanghia kemudian diperbarui tahun 1858 yang mengizinkan orang Amerika untuk menyewa tanah, membangun rumah sakit, sekolah dan gereja.
Membanjirnya orang-orang China yang berimigrasi ke Amerika sebagai pekerja pada akhir abad XIX membuat perlakuan khusus bagi para pendatang dari China. Untuk melindungi imigran China, dikeluarkan Chinese Exclution Acts (Undang-undang yang mengecualikan orang China). Ketentuan ini mengatur pembatasan masuknya imigran China ke AS  dan akhirnya melarang masuknya kembali pekerja China.
Di bawah pemerintahan William Mc.Kinley, dengan keberhasilan Amerika menguasai Filipina, membuat Amerika gencar melaksanakan politik-politik dan konsensi yang lain di Asia., terutama Asia Timur. Setelah AS keluar dari politik isolasi, ia juga ikut mendapatkan rezeki dengan memposisikan China sebagai pasar untuk barang-barang industri Eropa dan Amerika. Agar semua pihak mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengadakan kegiatan dagang, maka perlu adanya dan dipertahankan politik pintu terbuka. Prinsip ini mempunyai dua hal penting, yakni perlindungan pasar terbuka dan dipertahankannya integritas China.
Tahun 1899, Menteri Luar Negeri AS, John Hay, segera menyusun nota diplomatik. Nota ini ternyata mendapat sambutan positif dari Perancis, Jerman, Inggris, Rusia dan Jepang. Dengan diterimanya politik pintu terbuka merupakan keberhasilan diplomasi Amerika di Asia Timur awal abad XX dan sebagai langkah awal yang baik kepentingannya di kawasan ini.
Dalam perkembangannya Amerika tidak konsisten dengan prinsipnya. Politik pintu terbuka di Asia Timur gagal karena tidak mampu mencegah terjadinya perang Jepang-Rusia (1904-1905) di kawasan ini. Alasannya masing-masing untuk melindungi kepentingannya, Rusia membangun kekuatan di Manchuria, sedangkan Jepang juga membangun pangkalan militer di Korea. Hal ini membuat kepentingan dan kekuatan militer yang saling berhadapan dan saling curiga karena kepentingan ekonominya terganggu. Sebenarnya antara Jepang dan Rusia pada 1903 telah terlibat dalam kesepakatan mengenai zone neutral, pada wilayah 39oLU, tetapi secara sepihak kesepakatan itu dilanggar Jepang dan akhirnya menyerang Rusia pada Februari 1904.
Dalam pertempuran itu, Jepang berhasil memisahkan angkatan perang Rusia yang berkedudukan di Port Arthur dan Vladivostok. Dengan pemisahan ini selangkah demi selangkah, angkatan laut Rusia di Port Arthur dapat dihancurkan oleh tentara Jepang pada 2 Januari 1905. Sedangkan pasukan darat Rusia dikalahkan Jepang di Mukden pada pertempuran yang terjadi antara bulan Februari-Maret 1905.
Di balik perang Jepang-Rusia, sebenarnya di belakang Jepang mendapat dukungan Inggris dan Amerika, sedangkan Rusia mendapat dukungan dari Perancis dan Jerman. Jika perang ini berlanjut maka kemungkinan akan melibatkan negara-negara pendukung masing-masing pihak yang bertikai. Secara formal Amerika menyatakan netral dalam perang itu, tetapi dengan melihat hasil pertemuan rahasia pada bulan Juli 1905, antara W.H. Taft (Menteri Pertahanan Kabinet Roosevelt) dengan Pangeran Katsura, membuktikan keduanya ada kesepakatan rahasia. Perundingan damai Jepang-Rusia diselenggarakan di New Hamsphire, AS pada 5 September 1905 dengan Theodore Roosevelt sebagai juru damai.

2.Kebijakan politik terhadap Jepang.
 Selama perang Jepang-Rusia, hubungan Amerika dan Jepang berjalan baik. Hubungan keduanya renggang karena hasil perjanjian perdamaian yang mengakhiri perang Jepang-Rusia tidak memuaskan sebagian rakyat Jepang yang disebabkan tuntutan ganti rugi yang tidak tercapai dan tuntutan wilayah yang lebih luas gagal didapat. Kegagalan peruningan damai ini karena ulah Amerika (Theodore Roosevelt). Sebagai ungkapan ketidakpuasan itu di Jepang terjadi anti Amerika yang dilampiaskan dengan menyerang orang-orang Kristen terutama Amerika.
Dengan berbagai kasus yang merenggangkan hubungan Jepang-Amerika, membuat sebagian kecil rakyat Amerika melakukan pembalasan terhadap orang-orang Jepang yang ada di Amerika. Berkaitan dengan hal tersebut Presiden Theodore Roosevelt mengadakan perjanjian Gentlement’s Agreement dengan Jepang pada 1907. Dalam hal ini Jepang tidak mengizinkan paspor kepada warganya yang akan bekerja di Amerika.
Gentlement’s Agreement ternyata tidak menyelesaikan masalah Jepang-Amerika. Bahkan di belakang hari ada desas-desus mengenai kemungkinan akan terjadi perang Jepang-Amerika. Isu ini ternyata ternyata ditanggapi serius oleh Roosevelt, dengan sikap hati-hati dalam hubungannya dengan Jepang. Menurut pandangan Amerika saat itu Jepang banyak melakukan pelanggaran damai yang telah dibuat, sehingga kepercayaan Amerika terhadap Jepang berkurang. Kebijakan yang ditempuh dengan pedoman Speak Softly, but carry a big stick.
Pada periode presiden W.H Taft dengan menteri luar negeri Philander C. Knox merupakan periode perubahan politik luar negeri Amerika. Setelah terjadi kesepakatan dengan Jepang mengenai perdagangan dan industri, mendorong kalangan dunia usaha Amerika berminat untuk menanamkan modal di Asia Timur, khususnya di China. Penanaman modal di kawasan ini tidak untuk memperoleh keuntungan finansial saja, tetapi untuk memperoleh tujuan politik tinggi. Penggunaan modal pada dasarnya untuk kepentingan politik (Dollar Diplomacy).

D.Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Dunia I
Perkembangan Eropa pada awal abad XX secara politis telah terdapat dua kelompok kekuatan yang saling berhadapan. Kedua kekuatan itu yakni Triple Entente (Inggris, Perancis dan Rusia) dan Triple Alliance (Jerman, Austria dan Italia). Perselihan ini terjadi atas dasar kepentingan politik kelompok, ekonomi, perimbangan kekuatan militer dan ideologi.
Sejak kegagalan konferensi pelucutan senjata di Den Haag tahun 1899 dan 1907, terjadinya peristiwa Tangier di Maroko tahun 1905 dan krisis Agadir tahun 1911, permusuhan anatar Jerman melawan Perancis dan Inggris kian meruncing. Kecuali Inggris semua negara besar Eropa menerapkan wajib militer kepada warganya dan mempersenjatai diri negerinya. Persaingan antar negara yang berselisih semakin nyata mendorong mereka meningkatkan anggaran belanjanya untuk bidang pertahanan. Selain itu penambahan jumlah personil tentara dan peningkatan pembuatan alat-alat perang.
Terbunuhnya putra mahkota Austria Frans Ferdinand dan permaisuri pada 28 Juni 1914 di Sarajevo (Bosnia) oleh orang Granvilo Principe (nasionalis fanatik) Serbia, membuat Austria marah dan segera mengeluarkan ultimatum dan merupakan alasan yang kuat dan membuat perhitungan dengan Serbia. Austria semakin bersemangat karena Jerman memberikan jaminan kepadanya. Untuk itu tim penyelidik segera dibentuk dan menuntut agar para pelaku pembunuhan segera ditangkap. Karena peringatan keras Austria tidak digubris Serbia, maka pada 28 Juli 1914 Austria menyatakan perang terhadap Serbia.
Dalam waktu singkat perang berkobar dan melibatkan seluruh negara Eropa. Perancis, Inggris dan Rusia diberi ultimatum Jerman yang isinya agar tidak melibatkan diri dalam perang. Namun karena kawasan wilayah Slavia yang merupakan wilayah pengaruh Rusia terancam dan dikuasai oleh Austria dengan bantuan Jerman, maka Rusia membantu Serbia. Dengan melihat keterlibatan Rusia di Serbia maka Jerman mengeluarkan ultimatum agar mobilisasi militer Rusia di kawasan ini dihentikan. Peringatan ini tidak dijawab Rusia, maka secara sepihak Jerman mengumumkan perang terhadap Rusia, 1 Agustus 1914. Kemudian terhadap Perancis 3 Agustus 1914. Karena Perancis dan Rusia sudah terlibat perang melawan Jerman, maka Inggris segera memberi bantuan yang besar.
Di bawah kepemimpinan Presiden Woodrow Wilson, AS mempertahankan politik netralitas yang ketat pada awal PD I, dan tidak bermaksud untuk ikut campur dalam peperangan di Eropa. Politik yang diterapkan Amerika mendapat ancaman karena kebebasan laut internasional terganggu. Setelah Jerman melancarkan perang kapal selam tak terbatas, kapal-kapal yang keluar-masuk Eropa dihadang dan di tenggelamkan kapal perang Jerman. Pada waktu kapal pesiar Lusitania ditenggelamkan Jerman tahun tahun 1915, yang di dalamnya terdapat ratusan warga negara Amerika, maka Amerika memprotes Jerman agar minta maaf dan tidak akan mengulangi hal tersebut. Protes tersebut tidak ditanggapi oleh Jerman, bahkan sejumlah kapal dagang milik Amerika ditenggelamkan di Laut Atlantik dan Selat Kanal. Dengan terpilihnya kembali Wilson pada jabatan Amerika yang kedua tahun 1917 dan melihat perkembangan perang di Eropa serta berbagai kasus penenggelaman kapal yang merugikan Amerika maka pada 2 April 1917 Kongres/Senat meminta supaya menyatakan perang melawan Jerman. Akhirnya Woodrow Wilson menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917.
Dalam pesan perangnya ia mengungkapkan bahwa Amerika ikut perang untuk menjadikan dunia lebih aman dan demokratis. Dengan keyakinan yang kuat bahwa corak pemerintahan demokratik yang didukungnya merupakan keanekaragaman Amerika yang secara politis berdasarkan kebebasan pribadi dan secara ekonomi atas dasar kapitalisme laissez faire.
Presiden Wilson pada pidato 8 Januari 1918 mengawali tahun baru melontarkan gagasannya yang kemudian disebut Fourteen Points Speech. Perlunya penegakan demokrasi dan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia yang intinya yaitu:
1.Perjanjian terbuka mengenai perdamaian, hal mana proses diplomasi harus terbuka dan dapat diikuti atau diawasi rakyat umum.
2.Kebebasan berlayar di luar perairan territorial baik dalam masa perang maupun damai kecuali yang tertutup untuk aksi internasional.
3.Perlunya sebuah perhimpunan umum dari bangsa-bangsa harus dibentuk di bawah perjanjian khusus untuk memperkuat rasa saling menjamin kemerdekaan dan integritas territorial baik terhadap negara besar maupun negara kecil. Pembentukan League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa) untuk menjamin kemerdekaan kemerdekaan politik dan keutuhan wilayah milik negara besar maupun negara kecil.
Masuknya AS dalam kancah perang dan keluarnya Rusia dari Triple Entente (sekutu), Amerika segera mengirimkan bantuan besar-besaran ke negara-negara sekutunya. Perubahan peta perang terjadi pada awal tahun 1918, di berbagai front tentara sekutu, Jerman kalah. Akhirnya pada 11 November 1918 Jerman secara resmi menyerah kepada sekutu. 
PD I yang cukup lama (1914-1918) menimbulkan korban yang besar. Untuk mengakhiri perang besar dilakukan beberapa perjanjian perdamaian yang digelar selama 1919. Kedatangan Woodrow Wilson pada bulan Desember di Paris disambut dengan gembira. Dalam perundingan-perundingan ia harus memperhatikan kepentingan-kepentingan yang berbeda dari sekutu-sekutunya. Dari beberapa perjanjian yang berhasil ditandatangani yang paling utama adalah perjanjian Versailles tanggal 28 Juni 1919. Dalam perjanjian tersebut selain menentukan beberapa ketentuan mengenai kewajiban Jerman, juga adanya rencana untuk pembentukan League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa).

E.Perkembangan AS Pasca Perang Dunia I
Berakhirnya perang menimbulkan bernagai masalah terutama bagi negara-negara yang terlibat secara langsung. Perkembangan dalam negeri AS secara berturut-turut tercermin dalam dinamika bangsa tersebut di dalam mengusahakan suatu sistim tata kehidupannya.

1.Masa pemerintahan Presiden Warren G.Harding
Pada pemilu 1920 Warren G.Harding yang berasal dari partai Republik terpilih sebagai penguasa Gedung Putih. Sekalipun Amerika terlibat dalam PD I, namun Amerika tetap sebagai negeri yang makmur dengan industri yang semakin luas, kekayaan ternak yang sangat besar, perkebunan dan pertanian yang maju serta perdagangan luar negeri yang semakin kuat. Terjadinya perang, Amerika juga memiliki piutang kepada negara-negara sekutunya di Eropa sangat besar. Dengan berakhirnya perang, pabrik-pabrik yang awalnya memproduksi alat-alat perang, berubah menjadi industri pengolahan pangan maupun industri untuk keperluan rumah tangga dan dibuat secara besar-besaran.
Program domestik yang dilakukan oleh W.G.Harding adalah melakukan normalisasi dalam berbagai bidang dan menumbuhkan bangunan industri dan perdagangan mulai tahun 1920. Pada April 1921 terjadi pembicaraan antara Presidengan dengan Kongres. Dalam pertemuan tersebut dipertanyakan mengenai tariff yang tinggi, rendahnya pajak, pemborosan dalam pemerintahan dan penurunan tentara untuk perlindungan petani. Dalam rangka untuk melakukan perbaikan anggaran negara, W.G.Harding mengajukan proposal mengenai tariff baru yang tinggi, perlindungan terhadap para petani agar mampu bersaing dengan petani Canada, maka sesuatu yang mendesak untuk dilakukan adalah pengaturan terhadap 28 macam produk pertanian. Berkaitan dengan rencana tersebut, maka Kongres mengajukan Budget and Accunting Act. Untuk keperluan tersebut maka dibentuk Bureau of the Budget (Biro Anggaran) yang terdiri dari General Accunting Office yang dipimpin oleh Comptroller General (Pengawas Umum Keuangan) yang mengawasi dan melihat keuangan serta memberi rekomendasi ekonomi.
Dalam pelaksanan politik luar negeri, segera dilakukan secara mendalam dengan memperhitungkan perluasan hubungan internasional dan melihat realita yang ada. Reaksi terhadap kengerian PD I merupakan fenomena universal yang terjadi terutama di daratan Eropa. Mulai awal 1920 sampai 1930, untuk menghindari terjadinya konflik balas dendam, dilakukan pelucutan senjata secara besar-besaran dan akan dibangunnya dekade yang damai. Rencana pembentukan Liga Bangsa-Bangsa yang pernah diusulkan oleh Woodrow Wilson akan segera direalisir. Namun ternyata Amerika menolak untuk masuk keanggotaan organisasi tersebut. AS kembali ke politik isolasinya dan berjanji untuk tidak terlibat lagi perang yang terjadi di Eropa. Dalam pemberian bantuan terhadap rekonstruksi pasca perang, Amerika memberi dana yang sangat besar terutama di Timur Tengah dan Rusia. Kemudian secara khusus meberikan bantuan kemanusiaan kepada China dan Jepang karena bencana alam.
PD I di satu pihak menimbulkan trauma bagi negara-negara  Eropa yang terlibat perang, namun dipihak lain memberi keuntungan besar bagi Amerika. Hancurnya sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) di Eropa memerlukan biaya dan waktu yang lama untuk pulih.
Pada masa pemerintahan W.G.Harding diwarnai dengan berbagai macam skandal yang membuat citra buruk bagi pemerintahannya. Berbagai hal yang membuat pemerintah kurang efektif adalah monopoli tenaga listrik, bahan bakar minyak. Seringnya bank-bank yang merger dengan bank lain membuat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan rendah, menyebabkan keuasan secar nasional juga terpengaruh. Penggabungan beberapa bank ini sebagian besar jatuh ke tangan kekuasaan Chase National Bank di New York, yang dikuasai oleh Bank Morgon. Masalah yang juga membuat pemerintahan Harding terpuruk adalah banyaknya pejabat tinggi terlibat dalam berbagai kasus penyelewengan, korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga banyak yang dijebloskan dalam penjara.

2.Masa Pemerintahan Grace Coolidge
Pada pemilu 1924 ia memenangkan pemilu. Langkah awal yang dilakukan oleh Grace Coolidge adalah melaukan perombakan kebijakan dang mengurangi pejabat-pejabat yang dinilai kurang mendukung iklim kebebasan perniagan dan upaya menuju kemakmuran. Langkah berikutnya yaitu menghemat pengeluaran keuangan negara. Masa pemerintahannya dikenal sebagai Grace Coolidge Era, yang ditandai  dengan sikapnya yang tegas, optimis, hemat dan berani mengambil risiko. Jasanya terbesar adalah dapat memulihkan kondisi rakyat Amerika yanag semaiin yakin akan martabatnya, membuat kesadaran yang mendalam akan arti kehidupan. Namun pada pemilu 1928 ia tidak bersedia dicalonkan sebagai presiden. Sebagai penggantinya adalah seorang yang berjasa salam perang dan sebgai menteri perdagangan yang cukup berhasil dalam kabinet Grace Coolidge.

3.Masa Pemerintahan Herbert Hoover
Pada awal pemerintahannya ia yakin bahwa sistim kehidupan kapitalisme akan membawa kesuksesan dan dapat dipertanggungjawabkan. Terpilihnya Hoover segera mendapatkan sentiment pasar dan melonjaknya harga saham dalam bursa Amerika. Dalam kalangan industri, munculnya produk-prpoduk baru untuk kebutuhan mulai bergairah. Ribuan automobile diproduksi secara besar-besaran dan semakin membuat padat arus lalu lintas kota.
Perkembangan dalam dunia pendidikan dan kesehatan cukup pesat. Pemeliharaan kesehatan terhadap penyakit umum mendapat perhatian besar. Perbaikan tingkat kesehatan membawa usia harapan hidup semakin tinggi. 
Penjualan produk hasil produksi terjadi pertumbuhan tiga kali lipat. Dari $.1 bilyun sebelum PD I menjadi $.3 bilyun pada 1929. Peningkatan yang terjadi tidak lepas dari gencarnya periklanan, surat kabar, majalah, baliho dan radio.
Tampilnya Herbert Hoover yang berlatar belakang insinyur memberi angina segar serta harapan baru perkembangan dunia bisnis dan perindustrian. Perhatian pada pebisnis dan usahawan, kaum tani dan perburuhan dirasakan oleh rakyat Amerika cukup tinggi.
Sampai dengan musim gugur tahun 1929, kalangan ekonomi masih menunjukkan sikap optimis dalam dunia usaha. Terjadinya ledakan produksi untuk berbagai jenis menyebabkan terjadinya ketimpangan antara penawaran dan permintaan. Tingginya penawaran dan rendahnya permintaan menyebabkan harga-harga turun drastis. Banyaknya barang-barang yang tertimbun di pabrik karena tidak laku terjual membuat pabrik merugi dan mulai menutup usahanya. Tidak berjalannya sektor dunia usaha secara normal membuat pembayaran pengembalian kredit tersendat. Bank-bank banyak yang bangkrut, perdagangan di Wall Street menurun tajam, behkan mencapai titik terendah karena sejak 3 September 1929 terjadi penurunan harga yang sangat tajam.
Depresi ekonomi yang dialami Amerika berdampak pula terhadap perekonomian Eropa karena kehidupan perekonomian Eropa mempunyai kaitan erat dengan kondisi Amerika. Untuk memulihkan sistim perbankan mulai dilakukan penekanan kepada para depositor. Memasuki Juni 1931 Bank Jerman dan Austria mengalami Collapse. Banyak negara Eropa mengalami depresi dan pengangguran, sedangkan yang dialami masyarakat Amerika adalah tingginya tarif.
Dalam kaitan kerjasama antar bangsa-bangsa pada waktu itu ditandatangani kesepakatan damai antara Inggris, Perancis, Italia dan Jepang. Untuk mengatasi segala macam konflik hubungan AS dengan Perancis semakin dipererat. Bentk eratnya hubungan kerjasama tersebut tertuang dalam The Kellog-Briand Pact. Lahirnya pakta Kellog diawali ketika Perdana Menteri Perancis Briand mulai melihat tanda-tanda bahaya karena perkembangan Jerman yang hancur setelah PD I, namun dengan cepat dapat bangkit menjadi negara pada sekitar 1928. Pulihnya suprastruktur dan infrastuktur karena etos kerja masyarakat AS serta berkat ketekunan, keyakinan akan kekuatan sendiri dan kerja keras menunjukkan hasil secara cepat dengan ditunjukkan perkembangan ekonomi dan sosialnya. Keberhasilan dari berbagai program rekonstruksi setelah PD I tampak jelas.
Krisis ekonomi yang melanda dunia menguntungkan bagi tumbuhnya semangat nasionalis ekstrim yang berkembang di Jerman. Perkembangan Jerman menimbulkan adanya semacam ketakutan Perancis terhadap Jerman, mendorong PM. Briand mengirimkan surat kepada Menteri Luar Negeri AS untuk mengadakan kerjasama yang dapat melindungi Perancis jika diserbu Jerman. Bentuk pakta yang diinginkan Perancis adalah bersifat bilateral. Namun AS tidak setuju karena persetujuan semacam ini bersifat permanen. Karena itu Kellog mengajukan usul agar persetujuan damai yang dimaksud bersifat multilateral. Rencana Kellog dalam program kerjasama damai berhasil mengajak 60 negara, dengan optimis yang tinggi perjanjian itu akan dapat dilaksanakan. Perjanjian tersebut dibuat oleh Sekretaris Negara, Frank Kellog dengan Menteri Luar Negeri Perancis, Artisde Briand yang ditandatangani di Paris 27 Agustus 1928.
Pada Januari 1930 diadakan Konferensi yang berhubungan dengan perdagangan dan Angkatan Laut antara AS, Inggris, Perancis, Jepang dan Italia yang diselenggarakan di London. Perkembangan lain yang terjadi di Eropa adalah munculnya kekuatan baru yang mengarah pada ancaman terhadap konflik. Gejala lahirnya negara-negara fasisme, militerisme mulai muncul, yaitu kekuatan Italia di bawah Bennito Mussolini dan Jerman di bawah Adolf Hitler dengan berkuasanya partai Nazi. Munculnya kekuatan baru tersebut akan dapat mengancam perdamaian yang dengan susah payah diupayakan selama decade 1920-an. Persaingan diberbagai bidang antara negara Eropa, bahkan persaingan militer menimbulkan kehawatiran baru bagi terwujudnya kawasan damai.
Perkembangan di kawasan Asia Timur, munculnya Jepang sebagai negara industri baru, menjadi kekuatan timur yang mulai diperhitungkan dan disegani oleh negara-negara barat termasuk Amerika. Memasuki 1930, Jepang mengalami kemajuan industri yang sangat cepat sehingga memerlukan bahan mentah, pasar dan wilayah untuk mengurangi kepadatan penduduk. Untuk mengatasinya mendorong Jepang untuk melaksanakan politik imperialisme. Semangat imperialism Jepang yang didukung oleh nasionalisme dan kebutuhan dalam negeri mendorong segera merealisasi praktik imperialis tersebut. Politik imperialism Jepang semakin dipercepat dengan mulai dilaksanakannya Tanaka Memoire. Pada masa kekuasaan Kaisar Hirohito cita-cita Jepang sebagai negara fasis, militeris dan imperialis terwujud.

4.Masa pemerintahan Franklin Delano Roosevelt
Pemilihan tahun 1932, Franklin Delano Roosevelt terpilih sebagai presiden mengantikan Hoover. Ia bukan tokoh radikal namun ia dikenal sebagai tokoh yang senang mencoba pemikiran baru. Tanggal 4 Maret 1933 ia mulai menempati Gedung Putih, pada perayaan inagurasi ia menyampaikan dalam pidato pelantikan bahwa negara dalam keadaan bahaya. Kaum kapitalis dalam keadaan sulit dan di ambang kehancuran, karena itu perlu dibuat rencana pembaharuan yang meliputi semua bidang. Ia yakin dengan kerja keras dan tindakan cepat serta teratur di bawah pemimpin yang kuat, jika perlu seorang diktator akan dapat menyelamatkan bangsa dan keluar dari krisis yang berkepanjangan. Selain itu, ia tidak percaya akan ancaman masa depan esensi demokrasi, tetapi rakyat AS tidak akan melakukan kesalahan. Rencana pembaharuan tersebut di kenal dengan A New Deal for the American People (semacam orde baru) dalam sejarah Amerika.

a.Kebijakan Keuangan
Kegiatan ekonomi yang awalnya digerakkan di pusat dagang di Wall Street Centre dan Dedroit dipindahkan ke Gedung Putih. Pemindahan ini dinilai sebagai campur tangan negara terhadap kalangan dunia usaha. Alasan yang dikemukakan adalah untuk membantu kaum kapitalis yang sedang terancam Collapse. Program utama yang dilakukan adalah melakukan keseimbangan dalam sistim ekonomi antara sektor pertanian, perindustrian dan keseimbangan antara majikan, buruh dan konsumen.
Dalam masa pemerintahan F.D Roosevelt krisis ekonomi dan masalah pengangguran semakin membengkak. Untuk mengatasi pengangguran, pemerintah segera menganggarkan $ 500 juta. Dengan program tersebut ternyata membuat negara tidak seimbang. Menurut Roosevelt kekurangan tersebut dapat ditutup dengan melakukan pinjaman. Kekhawatiran rakyat akan masa depan ekonomi nasional sedikit terobati dengan dicabutnya Amandemen ke-18 yang isinya melarang minuman keras dicabut. Kebijakan ini dengan pendekatan pemecahan ekonomi yang dikemukakan oleh ekonom Inggris John Maynard Keynes, yaitu dengan kebijakan menurunkan pajak penjualan untuk beer. Hal ini membuat sebagian rakyat AS menyambut dengan senang.
F.D Roosevelt dikenal sebagai presiden yang paling kontroversial dalam sejarah AS. Berkat keberhasilan program New Deal-nya ia banyak dipuja oleh rakyat, namun banyak pula yang membenci tindakannya. Melalui kepiawaian memimpin, ia berhasil memberikan ilham besar ketika depresi ekonomi hebat melanda negeri ini dari keputus-asaan menjadi harapan. 
Tindakan presiden yang sangat berani adalah saat mengeluarkan Banking Laws (The Emergency Banking Act) dengan menutup bank-bank. Pada 12 Maret 1933 pertama kalinya melalui siaran radio dengan obrolan santainya, menyampaikan mengenai kebijakan perbankan yang baru saja dilakukannya. Dalam hal keuangan pada 1934 mengeluarkan Gold Reserve Act, dalam undang-undang itu mengatur nilai tukar emas terhadap dollar. Selanjutnya pada Juni 1934 kongres membentuk Securities and Exchange Commission (SEC). Komisi Penukaran Surat Berharga ini dibentuk untuk pengaturan persediaan pasar SEC mempunyai beberapa kekuasaan.

b.Kebijakan Perumahan, Pertanian dan Industri
Kebutuhan akan perumahan masyarakat Amerika sangat tinggi. Akibat krisis moneter yang berkepanjangan membuat mayoritas rakyat kemampuan daya beli rumah rendah. Berkaitan dengan upaya untuk penyediaan rumah sebuah koporasi Home Owners Loan Coorporation memunculkan isu mengenai rencana pemerintah untuk menyediakan dana sebesar $ 2 bilyun. Sebagai tindak lanjut rencana itu maka pada 1934 dikeluarkan National Housing Act. Untuk memantapkan pelaksanaan ketentuan tersebut dilakukan oleh Federal Housing Administration. Hasil kerja penyediaan perumahan ini dapat membantu para urban dan kaum miskin untuk dapat menghuni perumahan yang sehat dan layak.
Dalam sektor pertanian, masalah yang dihadapi para petani adalah tingginya harga-harga produk pertanian sebelum PD II, merosot tajam saat krisis ekonomi. Hal ini sangat menurunkan tingkat kesejahteraan petani. Untuk membantu kaum petani dikeluarkan The Agricultural Adjustment Act pada 12 Mei 1933. Melalui kebijakan ini para petani Amerika bangkit dan terjadi perubahan kehidupan yang semakin tinggi tingkat harga dan sebagai petani yang mandiri dan bebas. 
Untuk kebijakan dalam sektor industri mengalami masalah yang rumit. Para pekerja industrial banyak yang kehilangan pekerjaan baik laki-laki maupun perempuan. Sejak PD I diakui mobilitas industri berjalan baik. Namun setelah perang kondisi ini berubah saat terjadinya ledakan produksi yang tidak terserap di pasar karena daya beli masyarakat yang rendah akibat krisis. Untuk memecahkan masalah ini pada 16 Juni 1933 pemerintah mengeluarkan National Industrial Recovery Act. Kebijakan ini bertujuan menaikkan potensi produksi sektor negara dan sekaligus menaikkan daya beli konsumen.

c.Kebijakan Politik Luar Negeri 
Awal tampilnya F.D Roosevelt sebagai presiden, perkembangan yang terjadi di Eropa mengalami loncatan, sebagai hasil politik dalam negeri masing-masing negara. Kemajuan yang dicapai Jerman sebagai negara yang kalah dalam PD I jauh melebihi apa yang capai oleh Perancis. Munculnya Adolf Hitler sebagai penguasa dikator Jerman dengan dominasi partai Nazi (Partai Nasionalis Pekerja Jerman) yang menduduki jabatan Perdana Menteri sejak 30 Januari 1933.
Masa pemerintahan Adolf Hitler, perubahan dalam berbagai bidang dilakukan, antara lain:
1)Perubahan konstitusi dari bentuk federasi ke bentuk sentralisasi.
2)Larangan terhadap jabatan-jabatan penting untuk dipegang orang Yahudi.
3)Dalam bidang pengadilan, Hitler sebagai pemimpin pengadilan yang cenderung menjebloskan lawan politiknya ke kamp-kamp tahanan.
4)Secara bertahap menetapkan satu-satunya partai yang boleh hidup adalah Nazi.
5)Melaksanakan politik rasialis.
6)Gereja Katolik dipaksa melepaskan diri dari ikatan dengan Roma.
7)Di bidang ekonomi, kaum buruh diletakkan di bawah front kaum buruh Nazi dan segala bentuk organisasi buruh dilarang.
8)Dalam bidang militer mengadakan pembangunan kembali angkatan bersenjata dan menyatakan secara resmi tidak berlakunya lagi Perjanjian Versailles pada 16 Maret 1935.
Sementara itu perkembangan yang terjadi di Perancis dan negara-negara pemenang PD I tidak secepat Jerman. Dalam perkembangan yang dicapai Jerman Perancis yang merupakan musuh utama Jerman di Eropa daratan sangat khawatir. Salah satu keuntungan bagi negara-negara Eropa adalah sikap Amerika yang tidak senang dengan paham atau ideologi yang dikembangkan di Jerman yaitu, pemerintahan yang dictator, fasisme, militerisme dan sosialisme. Untuk itu melalui suatu Perjanjian Kellog-Briand, Perancis agak tenang dan tidak khawatir terhadap ancaman Jerman, minimal sampai tahun 1935. Sedangkan perkembangan di Italia di bawa Benito Mussolini kondisi politik-ideologinya yang dianut mirip dengan yang terjadi di Jerman.
Kebijakan politik luar negeri AS sangat ditentukan oleh perkembangan yang terjadi di Eropa. Menghadapi perkembangan yang terjadi di Eropa maka kebijakan Roosevelt dengan The Good Neighbor Policy, yang membawa AS ke politik isolasi. Menjelang 1937 hubungan AS dengan Inggris dan Perancis makin erat. Untuk kebijakan perdagangan Amerika menerapkan Cash and Carry.
Jerman sebagai negara paling agresif dan membangun angkatan perang yang besar dan munculnya tanda-tanda ekspansionis pada 27 Oktober 1937 telah membentuk poros (Axis) Berlin-Roma. Pakta ini berarti penting bagi kedua pihak terutama untuk berjaga-jaga menghadapi Inggris dan Perancis. Selanjutnya pada 17 November 1936 terjadi persetujuan pakta militer antara Jerman dengan Jepang. Dengan demikian, saat itu telah terbentuk poros Berlin-Roma-Tokyo. Ambisi militer Hitler untuk mewujudkan impiannya mulai ikut melibatkan diri dalam perang Saudara di Spanyol.
Perubahan peta politik di Eropa memanas memasuki tahun 1938. Tindakan Hitler yang sepihak pada Maret 1938 menganeksasi Austria dan Polandia, dan mulai mengancam Cekoslovakia. Berkaitan dengan krisis Jerman-Cekoslovakia tersebut pada 28 September 1938 diselenggarakan pertemuan di Munich, Jerman yang dihadiri oleh PM. Neville Chamberlain (Inggris), Premier Daladier (Perancis), Adolf Hitler (Jerman) dan Benito Mussolini (Italia) untuk mengadakan perundingan. Hasilnya yakni adanya jaminan dari Jerman, Inggris, Perancis dan Italia atas keamanan dan kedaulatan republik Cekoslovakia.

F.Dinamika PD II dan Keterlibatan AS
1.Perkembangan Perang
Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa sebagai lembaga multinasional setelah gagal mencegah meletusnya PD II. Ramalan AS terhadap perkembangan politik di Eropa yang semakin memanas dan akhirnya pecah perang menjadi kenyaaan. Dua kubu kekuatan raksasa yang saling berhadapan telah terbentuk dan masing-masing telah mempersiapkan diri secara militer jika salah satu pihak mulai menyerang. Kubu kekuatan Poros Jerman-Italia-Jepang telah terbentuk pada 1936. Sementara itu kubu Perancis-Inggris-Rusia terbentuk sejak 1935. 
Pada 1 September 1939, Hitler memulai perang dan menyerbu Polandia dan Finlandia dengan kekuatan tentara sekitar 1.700.000 tentara. Akibat serangan Jerman tersebut, Perancis dan Inggris menyatakan perang melawan Jerman pada 3 September 1939. Hanya dalam 17 hari Polandia sudah jatuh ke Jerman. Dalam perang yang terjadi di Eropa, secara politis AS menjaga sikap netralnya. Tetapi kenetralan sikap tersebut, diam-diam lebih condong kepada Sekutu. Dalam perkembangannya sikap netral AS tidak bisa dipertahankan. keterlibatan AS dalam PD II karena pada Minggu 7 Desember 1941 (waktu setempat) Jepang membumihanguskan Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii. Dengan peristiwa tersebut Amerika segera menyatakan perang melawan Jepang dan kelompoknya. Masuknya AS dalam kelompok Sekutu membuat kekuatan baru muncul dengan potensi luar biasa pada waktu awal konsentrai Sekutu perang di Eropa.
Dalam suasana perang besar sedang berkecamuk, dua tokoh yang menunjukkan keprihatinan dan mendambakan suatu perdamaian yang abadi bertemu di atas kapal di Samudera Atlantik yaitu F.D. Roosevelt dan P.M. Winston Churchill, yang melahirka Atlantik Charter. Piagam ini yang kemudian hari merupakan cikal bakal berdirinya United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Sayangnya pada 12 April 1945, F.D. Roosevelt meinggal karena pendarahan otak. Ha ini membuat bangsa AS diliputi kesedihan mendalam di tengah menggeloranya PD II.
Perubahan peta kekuatan mulai berbalik memasuki pertengahan tahun 1944. Yang awalnya Jerman Berjaya di berbagai medan tempur di Barat, dengan masuknya AS membuat pasukan tenatara Sekutu mengalahkan Pasukan Jerman di Italia. Di bawah komando Jenderal Dwight David Eisenhower pasukan Sekutu menang. Memasuki awal 1945, tentara Sudah memasuki perbatasan dan Jerman sudah terancam. Kekalahan Jerman membuat Hitler putus asa, sehingga pada 30 April 1945 ia bunuh diri, selanjutnya Jerman dipimpin oleh Jenderal Donitz akhirnya menyerah pada 7 Mei 1945 kepada Jenderal Dwight David Eisenhower.
Untuk menghadapi Jepang dalam pertempuran di Pasifik, dilakukan setelah perang di Eropa selesai. Komandan tentara Sekutu di Asia Barat Daya di bawah komando Jenderal Douglas Mc Arthur yang berpangkalan di Filipina segera menyusun strategi untuk menghadapi tentara Jepang.
Konsentrasi perang yang terjadi di Eropa membuat Jepang merajalela di Asia. Saat Jepang menyusun rencana untuk menguasai Australia, Jepang mengalami kekalahan dalam pertempuran Laut Karang pada 7 Mei 1942. Kekalahan ini menjadi turning points bagi pasukan Jepang. Pasukan Jenderal Mc. Arthur yang terpukul di Filipina mulai bangkit dengan strategi “lompat katak” satu demi satu pulau-pulau antara Australia dan Jepang dapat dikuasai. Pada April 1944, pasukan Sekutu telah mendarat di Irian Barat. Kedatangan tentara Sekutu ini membuat kedudukan Jepang di Indonesia terancam. Dengan melakukan blokade yang ketat, pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia harus mampu menghidupi sendiri segala kebutuhannya dan tidak tergantung pada Tokyo. Pada Juli 1944, pulau Saipan gugusan pulau Mariana sudah di kuasai oleh Sekutu. Kedudukan pemerintah Jepang sudah terancam karena dari tempat ini Tokyo dapat dicapai dengan pembom B.29 USA.
Kunci kekalahan Jepang setelah Hiroshima pada 6 Agustus dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945 dijatuhi bom atom oleh tentara Sekutu. Akhirnya Jepang melalui pernyataan Kaisar Hirohito menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.
Selesainya PD II ditandai dengan diselenggarakannya Konferensi Postdam pada 17 Juli-Agustus 1945, yang hasilnya:

a.Perlucutan senjata dan demiliterisasi Jerman.
b.Dihapuskannya Partai Nazi dan segala unsur organisasi di bawahnya.
c.Mengadili para penjahat perang.
d.Dihidupkannya ide-ide demokratis.
e.Dibentuk pemerintahan sendiri di masing-masing daerah pendudukan dengan kebebasan politik.
f.Kebebasan berbicara, agama, pers, media massa dan dijamin keamanannya.

2.Masalah-masalah pasca PD II
Sejak suasana perang masih berkobar, sudah ada usaha untuk menciptakan dunia baru. Pertemuan antara dua tokoh, yaitu F.D. Roosevelt dengan Winston Churchill ang melahirkan Atlantic Charter, memberikan inspirasi pembentukan organisasi dunia baru yaitu United Nations (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Di Dumbarton Oaks, tempat yang indah di Washington pada 12 April 1944, hadir 200 utusan dari 50 negara membicarakan rencana pembentukan PBB. PBB secara resmi berdiri pada 24 Oktober 1945. Sikap AS terhadap organisasi yang baru dibentuk ini berbeda dengan sewaktu pembentukan Liga Bangsa-Bangsa. Senat Amerika memberi persetujuannya untuk menjadi anggota PBB pada 28 Juli 1945.
Berbagai masalah segera menghadang organisasi baru ini untuk dapat mengatasinya. Masalah politik, munculnya ideologi sosialisme-komunisme yang siap bersaing dengan liberalisme-demokratik. Rusaknya supra struktur dan infra struktur di berbagai negara, masalah ekonomi, sosial kemanusiaan dan HAM menjadi masalah yang rumit dan diperlukan program-program pemulihan secara bijak.
AS yang ikut terlibat perang, kondisinya masih paling kuat dibandingkan dengan  negara-negara Eropa. Berbagai program dalam rangka rekonstruksi pasca perang segera disusun. Penyusunan program yang dibuat AS tidak lepas dari kepentingan politik, ekonomi, sosial, kemanusiaan, dan yang paling mendapat perhatian ialah adanya persaingan pengaruh ideologi. Di sini kepentingan Amerika dipertaruhkan. Berbagai kebijakan Harry S. Truman dengan The Truman Doctrine. Pada prinsipnya kebijakan ini memberikan bantuan kepada Yunani yang sedang dilanda perang sipil dan negara-negara kawasan Eropa Selatan yang sudah mendapat pengaruh komunisme Moskow. Sedangkan untuk bantuan yang dicanangkan AS dalam rangka rekonstruksi atau program pemulihan terhadap negara-negara terutama pemenang perang adalah bantuan yang dibuat oleh George Marshall, yang dikenal dengan Marshall Plan. Pada tahun-tahun berikutnya Amerika sibuk terlibat dalam berbagai masalah internasional, dari pengawasan senjata atom, perang Korea dan berbagai masalah lainnya.
Perkembangan dunia setelah PD II yaitu munculnya dua kubu kekuatan baru yang berlatar belakang ideologi yang mengancam perdamaian dunia. Persaingan ke dua kekuatan itu menyebabkan lahirnya North Atlantic Treaty Organization (NATO) dan Pacta Warsawa. Perjalanan bangsa-bangsa memsuki periode tahun 50-an kedua kelompok tersebut terlibat Cold War (Perang Dingin).

Kesimpulan
Perkembangan industri pada dekade pasca perang saudara juga tumbuh pesat. Andrew Carnegie berjasa dalam perkembangan industri besi baja. Jaringan transportasi jalan kereta api dibangun secara besar-besaran, sehingga dapat menghubungkan daerah timur-barat. Dalam kebijakan luar negeri Washington terkenal dengan prinsip netralitasnya. Kebijakan politik negeri yang linier dengan prinsip Washington secara meyakinkan diformulasi oleh James Monroe (Monroe Doctrine). Doktrin ini sebenarnya diprogram untuk menghadapi masalah konkret pada waktu tertentu. Dalam perjalanan bangsa Amerika menjadi ajaran yang simbolik sebagai alat ukur politik luar negeri di masa depan.
Keterlibatan perang AS  melawan Spanyol diawali dengan munculnya casus bellum, tenggelamnya kapal perang Maine milik Amerika diperairan dekat Cuba tanggal 15 Februari 1898. Secara emosional persuratkabaran Amerika segera memberikan tanggapan yang luar biasa dan mengecam bahwa tenggelamnya kapal itu adalah perbuatan Spanyol, dengan Yellow press melalui slogan Remember the Maine berhasil membentuk public opinion, sekalipun waktu itu belum diketahui benar penyebab tenggelamnya kapal itu.
Kebijakan politik luar negeri AS di China telah berlangsung sejak pertengahan abad XIX. Perhatian Amerika terhadap China terutama dirangsang oleh produk sutra, teh dan keramik. Awal abad XX perdagangan dan diplomasi AS di bawah Inggris di Timur Jauh. Hubungan politik Amerika-China diawali dengan ditandatanganinya perjanjian Whanghia tahun 1844. Dalam perjanjian ini Amerika mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan kebebasan di pelabuhan dagang untuk bermukim dan berdagang, hak akses untuk kapal-kapal perang Amerika serta perlindungan untuk kapal yang rusak dan pelaut dari kapal yang mengalami kecelakaan. Perjanjian Whanghia kemudian diperbarui tahun 1858 yang mengizinkan orang Amerika untuk menyewa tanah, membangun rumah sakit, sekolah dan gereja. Dengan berbagai kasus yang merenggangkan hubungan Jepang-Amerika, membuat sebagian kecil rakyat Amerika melakukan pembalasan terhadap orang-orang Jepang yang ada di Amerika. Berkaitan dengan hal tersebut Presiden Theodore Roosevelt mengadakan perjanjian Gentlement’s Agreement dengan Jepang pada 1907. Dalam hal ini Jepang tidak mengizinkan paspor kepada warganya yang akan bekerja di Amerika.
Di bawah kepemimpinan Presiden Woodrow Wilson, AS mempertahankan politik netralitas yang ketat pada awal PD I, dan tidak bermaksud untuk ikut campur dalam peperangan di Eropa. Politik yang diterapkan Amerika mendapat ancaman karena kebebasan laut internasional terganggu. Setelah Jerman melancarkan perang kapal selam tak terbatas, kapal-kapal yang keluar-masuk Eropa dihadang dan di tenggelamkan kapal perang Jerman. Pada waktu kapal pesiar Lusitania ditenggelamkan Jerman tahun tahun 1915, yang di dalamnya terdapat ratusan warga negara Amerika, maka Amerika memprotes Jerman agar minta maaf dan tidak akan mengulangi hal tersebut. Protes tersebut tidak ditanggapi oleh Jerman, bahkan sejumlah kapal dagang milik Amerika ditenggelamkan di Laut Atlantik dan Selat Kanal. Dengan terpilihnya kembali Wilson pada jabatan Amerika yang kedua tahun 1917 dan melihat perkembangan perang di Eropa serta berbagai kasus penenggelaman kapal yang merugikan Amerika maka pada 2 April 1917 Kongres/Senat meminta supaya menyatakan perang melawan Jerman. Akhirnya Woodrow Wilson menyatakan perang terhadap Jerman pada 6 April 1917.
Pada 1 September 1939, Hitler memulai perang dan menyerbu Polandia dan Finlandia dengan kekuatan tentara sekitar 1.700.000 tentara. Akibat serangan Jerman tersebut, Perancis dan Inggris menyatakan perang melawan Jerman pada 3 September 1939. Hanya dalam 17 hari Polandia sudah jatuh ke Jerman. Dalam perang yang terjadi di Eropa, secara politis AS menjaga sikap netralnya. Tetapi kenetralan sikap tersebut, diam-diam lebih condong kepada Sekutu. Dalam perkembangannya sikap netral AS tidak bisa dipertahankan. keterlibatan AS dalam PD II karena pada Minggu 7 Desember 1941 (waktu setempat) Jepang membumihanguskan Pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour, Hawaii. Dengan peristiwa tersebut Amerika segera menyatakan perang melawan Jepang dan kelompoknya. Masuknya AS dalam kelompok Sekutu membuat kekuatan baru muncul dengan potensi luar biasa pada waktu awal konsentrai Sekutu perang di Eropa.

Informasi di dapat dari sumber buku ini:
Yurahman, Yohanes B. 2002. Sejarah Amerika II:Dari Masa Kolonisasi sampai dengan Perang Dunia II. Yogyakarta: Widyasari Press.